Sejarah Desa Cabbiya

Sejarah Desa Cabbiya


Desa Cabbiya di temukan oleh seseorang yang bernama singontaka. Beliau memiliki nama asli Zakariya, beliau bertemu dengan seorang sesepuh yang mendarat juga di desa tersebut bernama Kiyai Haris yang kemudian di jadikan guru oleh singontaka.  Kiyai Haris menginginkan pekarangan rumah di desa tersebut dan Singontaka pun dengan secara percuma memberikan tanahnya kepada Kiyai Haris. Awal bertemunya mereka berada di Daerah pesisir yang sampai sekarang di namakan Dusun Cabbiya Pesisir.

Suatu ketika, ada sepasang ular yang sangat besar di depan pekarangan rumah Kiyai Haris lalu beliau pun memanggil Singontaka untuk membuang ular tersebut. Dengan mengacungkan telunjuknya ke ular besar menjadikan ular besar tersebut diam tidak bergerak karna kekuatan dari Singontaka. Sehingga di buanglah ular-ular besar terebut ke tempat yang jauh dari pekarangan Kiyai Haris. Dahulunya, desa Cabbiya berpusat di daerah pesisir sebab adanya camat yang berlokasi di daerah pesisir. sebelum terbentuknya dusun-dusun yang berada di desa Cabbiya, Cabbiya Pesisir merupakan pusat dari semua warga di sekitar daerah desa Cabbiya. Lalu, kepala camat menentukan nama desa sebagai nama “Cabbiya” karena kepala desa yang di angkat berasal dari pusat Cabbiya Pesisir dan membuang kata Pesisir. sehingga nama paten dari Cabbiya adalah desa Cabbiya. Setelah terbentuknya nama desa maka kepala camat pun membentuk nama-nama dusun. Dilihat dari daerahnya, memang Desa Cabbiya merupakan desa yang sangat luas wilayahnya. Terdiri dari 6 Dusun, 6 RW, 13 RT. Dusun tersebut ialah Guntong, Jeruk Porot, Cabbiya Pesisir, Mandun, Gedhungan dan merupakan daerah yang memiliki lahan tanah dengan komposisi tanah pertanian yang mudah untuk ditanam berbagai tanaman seperti jagung, singkong dan lainnya.

Dari masa berdirinya sampai sekarang, desa Cabbiya telah mengalami empat kali pergantian seorang pemimpin desa/kepala desa. Adapun kepala desa yang pernah menjabat hingga sekarang adalah sebagai berikut:

1. Kades Mardiyeh - 1970

2. Kades Umar 1970-1986

3. Kades Hj. Ridwan 1986-2002

4. Kades Moh. Alwi 2002-2020

5. Kades Ikram Dahlan, S.IP 2021-2026


Sejarah Perdusun di Desa Cabbiya

1. Sejarah Dusun Gedhungan

Desa Gedhungan merupakan desa yang memiliki penduduk dimana di setiap rumahnya memiliki alat pembakar yang di sebut “tomang” atau di dalam bahasa indonesianya memiliki artian sebagai tungku untuk memasak nasi. Dengan adanya tungku yang sangat besar di masing-masing rumah maka di sebutlah tungku tersebut dengan sebutan “Tomang Gedhung” yang artinya tungku yang sangat besar yang berada di setiap rumah. Dikarenakan banyak nya tungku-tungku yang besar di daerah tersebut, Maka di sebutlah dusun tersebut dengan nama “Dusun Gedhungan”.

2. Sejarah Dusun Jeruk Porot

Kepala dusun yang dinobatkan pertama kali di Dusun Jeruk Porot adalah tokoh masyarakat yang di segani oleh masyarakat serta memegang masa jabatan terlama di bandingkan kepala dusun setelahnya. Dahulunya, Dusun Jeruk Porot dinamakan jeruk Porot di karenakan tokoh masyarakat yang menjadi kepala dusun bermimpi kejatuhan buah jeruk porot atau dalam bahasa indonesia nya di sebut jeruk purut yang merupakan jenis buah yang dapat di gunakan untuk memasak.

Ketika kepala Dusun Jeruk Porot yang bernama Haji Marwi tersebut bermimpi kejatuhan jeruk porot, dia menceritakan keanehan mimpinya tersebut kepada seluruh warga. Beliau bercerita bahwa jeruk purut yang berada dalam mimpinya tersebut sangat besar namun tidak membuatnya kesakitan. Seorang penafsir mimpi yang diyakini oleh masyarakat sebagai ahli mimpi terbaik yang dapat mengartikan mimpi dengan benar di panggil. Dia adalah seorang kakek tua yang tidak memiliki sepasang mata. Lalu di tafsirkanlah mimpi tersebut sebagai mimpi yang baik dan dapat membawa berkah bagi warga di Dusun tersebut. Oleh karena penafsiran yang baik tersebut maka kepala Dusun yang merupakan tokoh masyarakat mengambil nama Jeruk Porot sebagai nama Dusun mereka dengan harapan kehidupan warga menjadi berkah pula.

3. Sejarah Dusun Guntong

Awal terbentuknya Dusun Guntong karena pada mulanya Dusun Guntong terikat menjadi satu dengan Dusun Ban-Ban. Namun pada suatu ketika tokoh masyarakat yang menempati daerah tersebut sangat di segani oleh seluruh warga termasuk kepala Dusun. Segala perkataan yang dilontarkan oleh tokoh masyarakat tersebut di jadikan sebagai petunjuk dan keyakinan oleh masyarakat. Pada suatu hari, tokoh masyarakat tersebut kedatangan seorang tamu dari jauh. Beliau menjadi tuan rumah yang baik dalam melayani tamu. Lalu, tamu tersebut mengatakan bahwa dusun Ban-Ban harus di pecah menjadi dua. Sebab akan ada bencana yang akan datang jika tidak di pecah.

Keesokan harinya, tokoh masyarakat tersebut menyuruh kepala dusun Ban-Ban untuk membagi daerah mereka menjadi dua bagian. Awalnya kepala Dusun tersebut menolak untuk memecah wilayahnya namun setelah di ceritakan bahwa tamu tersebut bukan tamu biasa dan jika tidak di pecah akan menjadikan desa terkena musibah. Akhirnya kepala Dusun Ban-Ban menyetujui pemecahan wilayah tersebut. Hingga akhirnya wilayah Ban-Ban yang awalnya memiliki wilayah terluas dipecah menjadi dua. Dan dinamakanlah daerah yang terpecah dari Ban-Ban menjadi Guntong sebab masyarakat berfikir bahwa jika nama Guntong di jadikan sebagai nama dari dusun tempat mereka, maka akan menjadikan kehidupan mereka selalu beruntung. Sebab kata Guntong merupakan pelesetan dari kata “ontong” yang artinya “untung”.

4. Sejarah Dusun Ban-Ban

Dahulunya dusun ban-ban terbentuk setelah Dusun Cabbiya Pesisir. dusun Ban-Ban yang merupakan pecahan dari wilayah Cabbiya Pesisir. sebab dulunya desa Cabbiya hanya memiliki satu nama yaitu Cabbiya Pesisir namun setelah beberapa dusun kemudian terpecah menjadi beberapa Dusun. Dan awal mula dusun yang terbentuk adalah Dusun Ban-Ban. Sehingga, Dusun Ban-Ban menjadi pusat kedua dari desa Cabbiya.

5. Sejarah Dusun Cabbiya Pesisir

Kiyai Semantaka yang awal mulanya menemukan daerah Cabbiya yang sangat taat terhadap gurunya yaitu Kiyai Haris selalu menyetujui keinginan dari Kiyai Haris. Di karenakan letaknya yang berada dekat pantai Pesisir kiyai Haris menyuruh Semantaka untuk menamai dusun tersebut dengan nama Dusun Pesisir. pada awalnya dusun pesisir adalah pusat dari desa Cabbiya karna awal mula kehidupan berada di dusun tersebut. Lalu beberapa tahun kemudian terbentuklah nama desa yang diberikan oleh camat yang berlokasi di daerah pusat. Serta di pecah menjadi dua Dusun. Selang beberapa tahun telah tercipta beberapa nama Dusun yang telah di sepakati bersama tokoh masyarakat.

6. Sejarah Dusun Mandhun

Setelah terbaginya desa Cabbiya menjadi dua dusun yaitu Dusun Cabbiya Pesisir dan Dusun Ban-Ban, masyarakat yang berada di barat wilayah Cabbiya mulai membagi wilayah mereka pula menjadi dusun Gedhungan dan Dusun Mandhun. Dinamakan dusun Mandhun sebab berada di ujung. Dalam bahasa Madura Mandhun berarti Ujung. Sehingga nama Mandhun pun di sahkan menjadi nama dusun tersebut.

No comments:

Post a Comment